Hai guys! Sekian lama akhirnya gue muncul lagi :D dan kali ini gue nyoba buat cerpen, maklumin yah namanya baru belajar hehe.
Cinta dalam Diam
Diam
Dalam diam aku memikirkanmu
Dalam diam aku mengagumimu
Dalam diam kucoba menggapaimu
Dalam diam tangisku untukmu
Dalam diam kau lah bahagiaku
Naurel menutup buku harian yang baru
dibelinya. Perasaannya amat kacau hingga dia hampir menangis. Dua tahun yang
lalu ia membuang semua kenangan yang tertulis di buku hariannya, namun dalam
sekejap kenangan itu muncul kembali dan terasa amat sakit.
“Hai Rel, kamu kok sendirian aja di
sini?” Ozan meniup telinga Naurel, sebuah kebiasaan yang selalu dilakukan Ozan
ketika bersama Naurel.
“Ih Ozan apaan sih, geli tau!
Terserah aku dong mau di sini sama siapa, bukan urusan kamu!” Naurel beranjak
pergi meninggalkan Ozan yang ternganga melihat sikapnya.
“Naurel dulu bukan gadis yang ketus
seperti sekarang.” batin Ozan seraya menatap Naurel yang telah berlalu
meninggalkannya.
******
Ozan sangat bersemangat karena hari
ini adalah hari pertama di kampus barunya, kampus yang sama dengan Naurel.
“Naurel! Rellll!” Ozan memanggil
Naurel yang berjalan cukup jauh di depannya. Naurel semakin mempercepat
langkahnya hingga Ozan harus berlari.
“Naurel, kamu kenapa sih? Aku kan
baru di kampus ini, temenin kek apa kek.” Ozan menahan tangan
Naurel dengan nafas terengah-engah.
“Suruh siapa kamu pindah ke sini?
Kenapa gak terus aja di London?” Naurel bertanya dengan tatapan sedingin es.
“Lah emang aku salah pindah ke sini?
Sikap kamu kenapa berubah gini sih? Salah aku apa Rel?” Ozan menatap Naurel
dengan tatapan tajam. Naurel hanya diam dengan tatapan kosong.
“Rel jawab dong jangan diem aja!”
Ozan membentak Naurel. Naurel masih terdiam.
“Paling gak enak ngomong sama
patung!“ Ozan pergi meninggalkan Naurel
yang menangis dalam diamnya.
******
Kau tahu karang di lautan?
Yang kokoh saat terkena ombak?
Yang tak terlihat ketika air laut pasang?
Dan yang terkikis seiring waktu berjalan?
Itu lah aku bagimu
Yang terlihat kokoh walaupun rapuh
Yang tak kau ingat ketika kau di atas
Dan yang kau lupakan seiring waktu
berjalan
Naurel diam menatap handphone di
samping buku diary nya. Ia merasa bersalah terhadap Ozan. Naurel akhirnya
mengirim sebuah pesan singkat kepada Ozan.
Ozan, aku minta maaf atas sikapku
akhir-akhir ini.
Tidak berapa lama Ozan membalas pesan
singkatnya.
Iya Rel aku juga minta maaf ya. Kita
ketemuan di taman kampus yuk, aku tunggu kamu sekarang ya J
Naurel beranjak dari tempat duduknya
dan berjalan menuju taman kampus.
******
“Hai Rel, akhirnya kamu dateng juga.”
Ozan tersenyum melihat kedatangan Naurel.
“Kamu kenapa mau ketemu aku di sini?”
Naurel duduk di samping Ozan.
“Gak ada alasan sih, kita kan udah
lama gak ngobrol gini, kamu gak suka?”
“Gak masalah kok Zan.”
“Rel, kamu gak nanya kenapa aku
pindah dari London ke sini?” Ozan menatap Naurel.
“Itu kan privasi kamu, aku gak mau
ikut campur urusan orang.”
“Hahaha kamu belum berubah ya Rel,
masih semanis gula.” Ozan menggoda Naurel.
“Zan, maaf ya aku harus pulang
sekarang. Boleh kan?”
“Boleh kok, kamu mau aku antar
pulang?”
“Gak usah, aku bisa pulang sendiri.
Aku duluan ya.” Naurel beranjak meninggalkan Ozan.
“Hati-hati di jalan Naurel.” Ucap
Ozan lirih.
******
Sore harinya, Ozan menelepon Naurel
tapi tidak diangkat. Berkali-kali ia coba tetap tidak dijawab. Akhirnya Ozan memutuskan
pergi ke rumah Naurel.
Ozan bingung karena di jalan kecil
menuju rumah Naurel sangat ramai. Ozan pun mempercepat laju motornya. Ozan
terkejut ketika ia melihat bendera kuning di depan rumah Naurel, rumah yang dua
tahun lalu rutin ia kunjungi setiap minggunya.
“Nak Ozan?” Ayah Naurel menyapa Ozan
yang masih terkejut.
“Nak Ozan kapan kembali ke sini? Kok
Naurel gak cerita apa-apa?” Ayah Naurel bertanya.
“Baru seminggu ini kok Om, Naurel ada
di rumah om?” Ozan tak sabar ingin bertemu dengan Naurel.
“Nak Ozan masuk saja ke dalam.” Ayah
Naurel mengajak Ozan masuk ke rumahnya. Ozan masih bertanya-tanya, apa yang
terjadi di rumah Naurel.
Ozan melihat seseorang terbaring
dengan tertutup kain di tengah ruangan.
“Om, Naurel di mana?” Ozan bertanya
kepada Ayah Naurel yang menatap mayat tersebut seraya menahan
kesedihannya.
“Naurel ditodong preman sepulang dari
kampus. Ia mencoba menelepon polisi, tapi salah satu preman itu menusuk Naurel
tepat di jantungnya.”
Ozan tak percaya apa yang baru saja
ia dengar. Bagaikan disambar petir, perasannya kacau, teramat kacau. Ia tak
mengira secepat itu Naurel meninggalkannya. Perlahan Ozan mendekati Naurel dan
membuka kain yang menutupi wajahnya, seketika itu pula semua terlihat gelap
gulita. Ozan pingsan.
******
Seminggu kemudian, Ozan telah berada
di kamar Naurel. Ia kini bisa menerima kenyataan walaupun perasannya kian
hancur. Ia menemukan sebuah buku diary Naurel yang sedikit usang di lemari
kamarnya. Ozan membaca lembar demi lembar.
20 Maret 2007
Ozan. Nama itu yang selalu buat
hariku semangat. Dari kecil kami bersama dan sekarang aku baru menyadari bahwa
aku mencintainya.
Ozan tercengang membaca tulisan
Naurel di diary itu.
04 April 2007
Seiring waktu berjalan, perasaanku ke
Ozan semakin bertambah. Aku senang berada di dekatnya, aku senang bercanda
bersamanya, dan aku senang melewati hari-hariku dengannya. Tapi aku tak ingin
merusak persahabatan yang telah lama kami jalin. Biarlah semua ini kurasakan
dalam diam.
27 April 2007
Baiklah, sekarang kau meninggalkanku
begitu saja? Kau pergi tanpa kabar? Oke, akan kukubur semua kenangan kita, akan
kucoba untuk melupakan semua tentangmu, bye Ozan!
Ozan membaca lembaran terakhir buku diary
itu. Ia kaget, ternyata itulah yang membuat sikap Naurel berubah. Dua tahun
yang lalu, Ozan mendadak harus ke London karena kakeknya meninggal kemudian ia
melanjutkan sekolah di sana, ia ingin menghubungi Naurel, tapi ia tidak
memiliki kontaknya.
Ozan mengambil pulpen dan mulai
menulis di buku diary Naurel.
30 Maret 2009
Naurel
Seorang perempuan yang selalu ceria
Seorang gadis yang tak pernah murka
Seseorang yang selalu menjadi
alasanku tertawa
Seseorang yang membuat aku kembali
padanya
Naurel
Engkau dahulu gadis kecilku
Engkau yang selalu menemaniku
Maafkan aku telah mengecewakanmu
Tetaplah mencintaiku dalam diammu
By : Ozan yang selalu
mencintaimu